Sepotong pamflet, berbait puisi dan sebuah lagu untuk gen Z

Gen milenial saja susah? Apalagi gen z 😅 Beli rumah makin sulitMau kerja apapun ituBelum lagi bonus demografiFilm eksil masih di bioskopKesadaran maaf kubangunkanSari dari ratusan buku sejarahTak mungkin instan pahamkanPeran dari multatuli sampai GDPerlu bertahun-tahun membacaMungkin malah buat kalian resahBisa-bisa tak lagi nikmati hidupRejeki negeri cuma berputar di atasHanya sedikit yang turun hidupi akar … Lanjutkan membaca Sepotong pamflet, berbait puisi dan sebuah lagu untuk gen Z

Carilah perbedaan, persamaan justru melemahkan nalar kritis yang logis!

. Banyak orang mencari persamaan dari kebhinekaan yang plural, untuk menyatukan perbedaan. Saya benci dengan dogma Bung Karno itu, karena yang beda dan bisa disatukan mungkin cuma laki dan perempuan itupun via lembaga pernikahan. Masyarakat lebih suka mencari persamaan untuk menjaga kedamaian, ketimbang berdebat atau beradu argumen satu sama lain atau saling berkonflik semacam cek … Lanjutkan membaca Carilah perbedaan, persamaan justru melemahkan nalar kritis yang logis!

Coblos 3 dan Caleg dari Partai Buruh!

Maaf ini paslon, eh calon. Mohon doanya gaes 🙏 . Saya jengah dengan sosok kanjeng ratu Megawati, memang bliyo anak biologis bung Karno tapi tidak anak ideologisnya. Perempuan tua yang pernah ikut dalam barisan tikus menggulingkan Gus Dur. Saya seringkali berkhayal, seandainya ia ikut aksi kamisan juga di depan istana bersama bu Sumarsih. Sesama korban … Lanjutkan membaca Coblos 3 dan Caleg dari Partai Buruh!

Pentingnya Hermeneutik (Sebuah Puisi)

Kami cinta nabi Bullshit! Kalian cuma memanfaatkan namanyaManipulator brengsek tak tahu diriKalian cuma ambil teori-teorinyaDirikan hukum, sekolah dan ormas-ormasAbaikan keutuhan diri dan perjalanan hidupnyaKalian sebarkan dan comot teori-teori darinya tanpa konteks. Kalian jadikan teori-teorinya sebagai ideologiAnying! Cacat sempurna!Tolong jangan jual lagi namanyaResapi lagi lika liku perjalanan hidupnya Paling tidak, berempati sedikitlah! Mulai dari lahir, bapaknya … Lanjutkan membaca Pentingnya Hermeneutik (Sebuah Puisi)

Surat kepada Rumah

Sebagaimana kita ketahui bersama, telah terjadi aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga muslim kepada 3 gereja. Sebagaimana amanat bu Risma kepada warga Surabaya, untuk lebih berhati-hati dan waspada terhadap lingkungan sekitar kita. Sesuai dengan anjuran bu Risma, hendaknya tiap-tiap warga Surabaya mengenal dengan baik dan akrab dengan siapapun orang yang ada di … Lanjutkan membaca Surat kepada Rumah

Tan Okt Kiau: Mau sehat atau sakit berjamaah? (ASK)

Apa bisa kita beristighfar, sambil mengutuki hantu-hantu para cebong Apa bisa kita memohon ampun, sambil kita menyimpan amarah tak berarah Dua kutub psikis yang berlawanan, dari memohon-memelas pengampunan kepada Tuhan, sesekali berubah menjadi sosok pemarah dan pendendam penuh kebencian mengatasnamakan Tuhan. Bahkan menjadi Tuhan itu sendiri. Kikuk, mungkin iya. Dari tenang menjadi garang, dari garang … Lanjutkan membaca Tan Okt Kiau: Mau sehat atau sakit berjamaah? (ASK)

Dwi Oktrisna : Bom Surabaya (sebuah puisi)

Pejabat selalu berkata retoris Bom meledak, kata tegas menjadi dewa Tegas sama dengan keras Mereka masih kalah tegas dengan bom Bom lebih tegas, lebih keras dan cadas Tegas seolah seolah hendak melibas Padahal rakyat sudah lebih dulu dibilas Duh gusti, mana orang yang cerdas mengapa minim pemimpin berkualitas sembunyi di balik kata-kata tak berkelas Melawan … Lanjutkan membaca Dwi Oktrisna : Bom Surabaya (sebuah puisi)

Tan Okt Kiau ; Kau ini bagaimana? (Sebuah puisi)

(Saat seorang syarif bercengkerama dengan seorang yang syaraf sepertiku) Katamu daun-daun dan burung-burung pun selalu bertasbih setiap saat menyebut namaNya Angin-angin berhembus sepoi yang setiap senja mampir ke halaman rumahmu itu pun selalu bertasbih menyebut namaNya Bumi yang kau injaki dan kelak kita akan dikuburkan di dalam perutnya, katamu ia bagai seorang ibu yang tak … Lanjutkan membaca Tan Okt Kiau ; Kau ini bagaimana? (Sebuah puisi)

Dwi Oktrisna: Revolusi Mental (Psikopat) ala Jokowi

Kisah Tri dan Ebri, sebagaimana yang diceritakan dalam cerpen P s i k o yang ditulis oleh Okt Kiau. Tidak menutup kemungkinan diambil dari kisah nyata-refleksi dari pengamatan penulisnya. Hal yang kerap terjadi di tiap pelosok negeri. Mengapa psikososial mewabah, turun temurun dari generasi ke generasi? Sebab perilaku itu tidak disadari sebagai hal yang "cacad" oleh … Lanjutkan membaca Dwi Oktrisna: Revolusi Mental (Psikopat) ala Jokowi

Tan Okt Kiau: P s i k o (Sebuah Cerpen)

Tri dan Ebri, dua anak kecil-sepasang adik kakak yang selalu bersama, bermain-berlari ke sana kemari dengan riangnya. Naasnya, suatu hari di bulan Desember, Ebri menangis, Tri terdiam. Tak jauh dari tempat mereka berdiri-terlihat ibunya dihardik, dipukuli oleh bapaknya. Syukur cepat-cepat salah seorang penghuni lain di rumahnya. Segera menggeret mereka masuk ke dalam kamarnya. Seorang perempuan … Lanjutkan membaca Tan Okt Kiau: P s i k o (Sebuah Cerpen)

Dwi Oktrisna; Londo Ireng Anyaran (3)

"Itu lombok harganya sempat mahal nyet! Dan dari situ kita bisa lihat, banyak sekali kejanggalan yang berkeliaran di Kementrian Perdagangan dan Industri RI" John pun duduk sambil menggebrak meja. Tak lama ia lempar gadgetnya "Baca ini! salah satu paling aneh." (Bisa dibaca di sini) "Ini jugak si dirut Pertamina mengundurkan diri, ngikut emaknya si SM. … Lanjutkan membaca Dwi Oktrisna; Londo Ireng Anyaran (3)

Dwi Oktrisna; Londo Ireng Anyaran (2)

"Kan sudah pernah kutulis esei mengenai hal itu. Ku-publish di Kompasiana melalui akun John Croft. Bila BBM bersubsidi seperti premium dipenggal. Niscaya praktik perbudakan di negeri ini makin buas pula. Akibat harga-harga seluruhnya ikut melambung." Bisa dibaca disini (harga bbm yang ilusif) "Iya analisismu mengenai harga BBM itu masih kurang tepat sedikit. Karena ada kelemahan … Lanjutkan membaca Dwi Oktrisna; Londo Ireng Anyaran (2)

Dwi Oktrisna; Londo Ireng Anyaran (1)

(Sebuah catatan kritis; refleksi untuk menyambut dirgahayu RI yang ke 69) Usai lebaran 2014, bersama Jim Rheumason sang gitaris yahudi dan Okt Kiau Tiong hoa muslim peranakan; sang penyiar, bukan penyair. Layaknya tiga pendekar yang sedang turun gunung. Kami bertiga pun penuhi janji-yang pernah kami sepakati bersama. Untuk bertemu di salah satu bukit padat penduduk … Lanjutkan membaca Dwi Oktrisna; Londo Ireng Anyaran (1)