Pentingnya Hermeneutik (Sebuah Puisi)

Kami cinta nabi

Bullshit!

Kalian cuma memanfaatkan namanya
Manipulator brengsek tak tahu diri
Kalian cuma ambil teori-teorinya
Dirikan hukum, sekolah dan ormas-ormas
Abaikan keutuhan diri dan perjalanan hidupnya
Kalian sebarkan dan comot teori-teori darinya tanpa konteks.

Kalian jadikan teori-teorinya sebagai ideologi
Anying! Cacat sempurna!
Tolong jangan jual lagi namanya
Resapi lagi lika liku perjalanan hidupnya

Paling tidak, berempati sedikitlah!

Mulai dari lahir, bapaknya meninggal
Apakah bisa kalian bayangkan?
Rasanya jadi anak yatim sedari lahir?

Masih seumuran kanak-kanak, masih kecil pun
Harus kehilangan ibu yang sangat dicintainya
Apakah bisa kalian bayangkan?
Rasanya hidup tanpa belaian seorang ibu?

Saat remaja menuju dewasa bisakah kalian rasakan ?
Bertahun-tahun “kesepian tiada tara” yang dirasakan olehnya?

Di umur dua puluh lima
Syukurlah ia bisa rasakan sedikit bahagia
Menikah dengan seorang perempuan yang dicintainya meski puluhan tahun lebih tua darinya

Tapi bukankah bahagia itu tak selamanya?
Di umur ke lima puluh, ia pun kehilangan istrinya lagi

Apakah rasanya?
Bisakah kalian merasakan gejolak jiwanya, saat istri kalian, orang yang kalian cintai, ia yang selalu ada menemani tiada?

Saat-saat itulah pertama kalinya di umur senja ia pun kerjakan ritual menghadap Tuhannya

Kalian tanpa konteks lagi-lagi mencomotnya, kalian suruh anak kecil menirunya, GILA!! Anak kecil yang semestinya bebas bermain, kalian paksa menjadi tua! Anying!! Bahkan kalian suruh hapalkan teori-teorinya, kalau bisa hapal di luar kepala. Psikopat!!

Astaga, pantas psikososial mewabah!
Tuhan-tuhan kecil diproduksi oleh orang tuanya sendiri
Gemar menghukumi dan menghakimi yang liyan dan berbeda

Kepedihan masih lanjut kawan
Bliyo sendiri pun pada akhirnya meninggal
Bagaimana nasib keturunannya?
Ini yang paling membuat kalian seharusnya gila

Lihatlah anak dan cucu-cucu kalian diburu
Dibantai tepat di depan mata!
Sialnya dilakukan oleh kerabat sendiri,
yang pernah dekat dengan kita?!

Jadi tolong
Jangan sebut itu cintalah ya

Kalau kita belum, paling tidak rasakan, resapi pedih-perihnya
“Bagaimana seandainya, jika anak-cucuku dibantai?”
Kuharap kita tidak menggila sepenuhnya,
Tapi setengah gila iya, bisa tetap waras itu luar bi(n)asa!

Cinta?!

Masih waras gitu kok cinta!
Ciuhh..

“Kalian ambil teori-teoriku
Tapi memburu keluargaku”

WTF 😴

Surabaya, 28 Januari 2024

Tinggalkan komentar